Delapan pelajaran hidup
Imam Al Ghazali
Imam
Ghazali adalah salah seorang ulama tasawuf yang paling mempuni, yang
karya-karyanya tetap dikaji hingga saat ini baik dalam di pesantren,
perkuliahan, tempat-tempat diskusi dan banyak tempat lagi. Dalam salah satu
kajian yang pernah saya ikuti sewaktu mondok di PP Al-Barokah Yogyakarta, Gus
Makfi bercerita bahwa ada 2 fase dari Imam Ghazali, yaitu sewaktu menjadi ahli
fiqih dan setelah menjadi ulama tasawuf. Dalam perjalan keilmuannya Imam
Ghazali bahkan pernah mengatakan bahwa Al-Qur’an haruslah sesuai akal, itukah
fase ketika beliau menjadi pemikir atau ahli fiqih. Waktu terus berlanjut
dimana Imam Ghazali terus belajar ilmu agama hingga sampai pada tingkat
tasawuf, yaitu tingkatan tertinggi dari seorang muslim, setelah mencapai maqam
tasawuf, beliau membantah pendapatnya dahulu yang Al-Qur’an harus sesuai dengan
akal dengan isi Al-Qur’an yang tidak bisa diakal/ rasionalkan bukan karena
kesalahan Al-Qur’an, namunt terbatasnya akal dari manusia itu sendiri. Setelah
beliau mencapai maqam(kedudukan) ulama tasawuf beliau mengarang suatu kitab
yang dinamakan kitan ayyuhal walad (wahai
santriku), penulisan kitab tersebut di dasari surat dari santrinya yang
menginginkan suatu nasehat khusus bagi dirinya yang merasa masih kurang setelah
sekian lama nyantri pada Imam Ghazali. Jawaban atas surat itulah yang akhirnya
menjadi kitab ayyuhal walad.
Salah satu
tema dalam kitab ayyuhal walad adalah delapan pelajaran hidup, perlu diketahui
sebelumnya kitab tersebut ditujukan pada santri beliau yang telah selesai
menimba ilmu, maka keilmuan santri penerima kitab tersebut sudah matang, maka
Imam Ghazali lebih menekankan pada implementasi atau penerapan dari ilmu yang
telah dimiliki. Adapaun 8 pelajaran hidup dari Imam Ghazali ialah:
Pertama, Setiap manusia pasti mempunyai
kekasih yang disayangi dan dirindui. Kekasih itu beragam, ada kekasih yang
menemani disaat senang atau susah, kekasih yang menemani dikala sakit parah,
atau yang mengantarkannya pada peristirahatan akhir. sebagai manusia yang tak
hidup kekal, hendaknya manusia mulai berfikir adakah kekasih yang mau terus
menemani hingga masuknya jasad pada tempat peristirahatan akhir? yang terus ada
tanpa meninggalkan sendirian dalam ruang gelap penuh kesunyian? Sebagai seorang
manusia, kita harus mencari kekasih yang selalu ada bagi kita, yang mau
menerangi kita dalam ruangan gelap,menyelimuti kita saat berada dalam dinginnya
tanah, yang menuntun kita ketaman keindahan abadi yaitu surga, kekasih itulah
yang seharusnya menjadi cinta sejati. Kekasih itu tidak lain tidak bukan ialah
amal saleh, ya ialah kekasih sejati yang seharusnya menjadi perhatian utama
kehidupan manusia. Sewaktu hidup, kita harus terus menambah kecintaan kita pada
amal saleh dengan tersu berbuat kebaikan, karena ialah yang esok akan menjadi teman
sejati yang mengantar kepada keabadian dan pertemuan paling dirindu, pertemuan
dengan Tuhan.
Kedua, manusia tidak lagi menjadi hamba
dari Tuhan, namun menjadi budak dari hawa nafsu, manusia dengan tergesa-gesa,
menghalalkan segala cara memenuhi hawa nafsunya. Allah berfirman dalam
Al-Qur’an “Dan adapun orang yang takut
pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu-nya, maka
surgalah tempat tinggalnnya” (Qs. An-nazi’at:40-41). Manusia tak akan
pernah puas bila ia terus mengejar hawa nafsunya, karena ibarat air laut yang
diminum, semakin banyak minum akan semakin haus, begitulah hawa nafsu dunia
ini. Imam Ghazali berkata ‘’ aku ingin selalu berdzikir, bermujahadah, menahan
diri dan meninggalkan nafsu hingga benar-benar luruh dalam ketaatan kepada Tuhan agar keselamatan
sungguh-sungguh tergenggam’’. Manusia adalah makhluk yang dikaruniai hawa nafsu
sebagai musuhnya. Bukan berarti kita harus membunuh hawa nafsu, namun kita
harus sanggup mengandalikannya untuk hal-hal yang positif. Adakah hawa nafsu
positif? Pastilah ada, seperti keinginan memiliki harta dengan tujuan membantu
orang lain, keinginan menjadi juara sebagai jalan membahagiakan orang tua, dan
banyak lagi.
Ketiga, Manusia hari ini pergi kelumbung
harta dan kekayaan dengan tujuan menimbun harta, mengeruk habis, menggenggam
erat tanpa sisa sedikitpun. Lalu menimbunnya dengan tujuan yang tidak baik. Tak
ada salahnya manusia bekerja, mencari rezeki, bahkan itu adalah sebuah perintah
agama. Namun segala yang berlebihan tidaklah baik, apalagi persoalan dunia.
Tuhan telah berfirman ‘’ segala yang kini
kamu punyai akan musnah, tetapi segala yang dijanjikan Allah akan kekal abadi’’
(Qs. An-Nahl:96). Sebagai manusia yang hanya sementara di dunia ini, baiknya
menyerahkan semuanya pada Tuhan, semua yang di usahakannya hendaknya karena
mencari ridho-NYA. Apabila ada rezeki yang lebih, maka berikanlah pada yang
lain, karena itulah sejatinya harta kita. Harta manusai ialah harta yang
diberikannya kepada orang lain, itulah tabungan yang akan menjadi penyelamat
kita di akhirat nanti. Kedamaian akan menjadi mereka yang ikhlas memabantu
orang lain sesuai denga kemampuannya, harta dunia akan musnah, namun harta yang
diberikan adalah harta yang kekal dan menyelamatkan.
Keempat, Sebagian orang menyangka bahwa
kemuliaan dan kehormatan ialah saat ia memiliki banyak keluarga dan pengikut
setia yang berbaris rapi dibelakangnya menunggu instruksinya, semua kendali ada
pada keputusannya. Ada juga yang menganggap kehormatan terletak pada banyaknya
putera dan harta bergelimpang yang berada diaman-mana tanpa pernah habis,
bahkan ia dapat menyombongkannya pada orang lain yang tak memiliki sebanyak ia
punya. Ada pula yang mengartikan kehormatan ialah kemampuan untuk mengalahkan
orang lain, menindas, merampok bahkan membunuh orang lain. Kehormatan sebagai
kemampuan merusak ciptaan Allah, mengambur-hamburkan hartanya tanpa bisa habis.
Mereka lupa dengan Fiman Allah ‘’sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
di antara kamu’’ (Qs. Al-Hujurat:13). Taqwa adalah menjaga diri, dapat
diartikan juga melakukan kewajiban dan menjauhi larangan-NYA. Ketaqwaan adalah
kemuliaan yang sesungguhnya, kepatuhan pada Tuhan yang dilakukan secara ikhlas
akan membuat kehidupan manusia tenang. Tuhan akan menjaga hamba-NYA yang
bertaqwa dengan kecintaan terindah dari segala cinta yang ada, saat manusia
taqwa pada Tuhannya, kemuliaan akan datang kepadanya, dari seluruh ciptaan-NYA.
Kelima, sebagian orang saling menggunjing,
mencela dan saling mencerca satu sama lainnya. Semua itu mereka lakukan karena
iri, hasud, dan dengki pada sesama manusia dalam hal harta, jabatan ataupun
kekayaan. Bukankah Allah telah berfirman ‘’kami
telah menentuka antara mereka penghidupan mereka dalam dunia’’ (Qs.
Az-Zukhruf:32). Ayat tersebut telah menjelaskan bahwa harta, kedudukan dan
jabatan yang manusia raih adalah sepenunya ketetapan Allah semata yang telah
ditetapkan di zaman azali. Kedengkian, iri dan hasud tidaklah mengubah apa yang
menjadi rezeki seseorang, namun malah merugikan diri sendiri. Tujuan dari
kehidupan seseorang ialah kebahagiaan dan ketenangan, apabila sifat-sifat
tercela seperti iri, hasud, dengki telah masuk dan berkembang dalam hati
manusia maka hilanglah ketenangan dan kebahagiaannya. Maka hendaklah berusaha
ikhlas dan senantiasa bersyukur atas rezekinya masing-masing, tak usah
dibanding-bandingkan, karena yang terpenting bukan jumlah, namun keberkahannya.
Keenam, Banyak orang saling bermusuhan satu
sama lain, mereka saling menyakiti, menyerang, memusuhi bahkan saling bunuh.
Sungguh bukan itu tujuan dari diciptakannya manusia di muka bumi ini. Mereka
sepertinya lupa akan firman Allah ‘’sesungguhnya
setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu)’’ (Qs.Fathir:6).
Setan sudah sangat jelas adalah musuh abadi dari manusia di dunia ini, hanya
setan yang wajib diperangi, dijauhi. Bukan manusia yang sejatinya adalah
saudara. Setiap manusia adalah saudara, mereka adalah cucu dari Nabi Adam, satu
kakek dan nenek, maka tidak sepantasnya sesama manusia saling bermusuhan.
Saling bantu dalam kebaikan, bila salah satu kesusahan maka yang lainnya
meringankan, dan banyak lagi yang seharunya dilakukan oleh manusia, bila cinta
sesama manusia dibumikan, maka keharmonisan hidup yang sering kita sebut dengan
rahmatan lil ‘alamin akan kita rasakan.
Ketujuh, Manusia sering berebut kekuasaan
dan kekuatan dengan sungguh-sungguh bahkan melampaui batas, segala cara
dilakukan bahkan sudah tidak peduli hala haram, banyak dari mereka terjerumus
pekerjaan yang haram demi mendapatkan apa yang mereka ingikan, merek saling
menjatuhkan agar dapat bertengger dipuncak kejayaan, saling sikut, cara kotor,
tak mau berbagi itulah potret buruk manusia-manusia yang telah dirasuki
keserakahan akan kehidupannya. Mereka menghinakan dirinya sendiri yang
seharusnya menjadi makhluk suci ciptaan Tuhan dengan pekerjaan kotor yang
haram. Mereka terlalu mengkhawatirkan harta hingga takut tak kebagian rezei,
padahal Allah telah menjamin setiap makhluknya seperti dalam firmannya ‘’Dan tidak ada suatu binatang melatapun di
bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya’’ (Qs. Hud:6). Telah jelas
bahwa Allah sebagai penjamin kehidupan manusia, segala rezeki berada di tangan
Tuhan, hendaknya manusia tetap berusaha untuk mendapatkan rezeki secara baik
dan halal. Setelah berusaha secara maksimal, maka pasrahkanlah, percayalah
tidak ada makhluk satupun yang tidak mendapatkan rezeki dari Allah. Atas jalan
itulah akan jauh sifat keserakahan manusia.
Kedelapan, sungguh banyak orang yang
menggantungkan diri pada selain Tuhan. Mereka menggantungkan diri pada uang,
kekuasaan, penampilan, pekerjaan dan hal-hal lain yang selain Tuhan. Mereka merasa
tidak bisa meneruskan kehidupan bila tanpa itu semua, padahal Tuhanlah yang
menciptakan itu semua untuk manusia hidup. Seperti dalam firman-NYA ‘’Dan barangsiapa yang bertawakal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urursan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu’’(Qs.Thalaq:3). Dari ayat tersebut dapat
diambil makna apabila kita bertawakal hanya kepada Allah, memasrahkan segalanya
hanya kepada Allah, maka Allah lah yang akan mencukupi semua kebutuhan kita
tanpa harus menuhankan selain Allah, karena sesungguhnya hanya Allah lah Tuhan
semesta alam.
Dari
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa teman sejati sampai liang lahat ialah
amal saleh. Mengekang hawa nafsu untuk meraih surga. Tiada kepemilikan abadi, kecuali
yang sesuatu telah ditransaksikan di jalan Allah SWT. Kekayaan sesungguhnya
bukanlah kaya harta,ilmu, jabatan dan semisalnya,kehormatan sesungguhny ialah
taqwa. Rezeki telah ditetntukan oleh Allah SWT sejak zaman azali, maka tidak
sepantasnya hasad pada kekayaan, ilmu dan jabatan orang lain. Musuh yang sejati
ialah setan. Rezeki telah sepenuhnya diatur oleh Allah, tidak seharusnya
serakah dan menggunakan cara salah untuk meraihnya. Tempat bersandar bukan
harta, kekuasaan dan semisalnya, tempat bersandar sejati ialah Allah SWT.
Itulah
sedikit tulisan yang dapat saya sampaikan, betapa agung dan betapa mulianya
Imam Ghazali dengan segala kelebihnnya baik ilmu dan akhlaknya. Sangat luasnya
samudra ilmu beliau dan sangat terbatasnya ilmu saya, maka saya sebagai penulis
meminta maaf atas kekurangan baik tulisan ataupun isi yang masih sangat jauh
dari kata baik. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk lebih meningkatkan
muatan ataupun hal lainnya agar tulisan berikutnya lebih baik dan lebih baik. Sedikit
mengutip dari seorang bijak ‘’Kebahagiaan bukan berarti semuanya terlihat
sempurna. Bahagia adalah ketika kita memutuskan untuk melihat segala sesuatu
dengan sempurna. Berbahagialah dengan hidupmu, karena kamu tak pernah sendiri,
ada Tuhan sebagai tempat bernaung dalam segala kondisi dan waktu’’.
Yogyakarta, 14 Oktober 2018
Faat Risnuriawan
faat050498@gmail.com
Komentar
Posting Komentar