Agama dan Makanan


Agama dan makanan

 

Apa yang terlintas jadi judul di atas? Dua hal yang sangat tidak nyambung bukan? Namun ternyata ada kesamaan di antara keduanya loh, apa itu? Bagaimana hidup kita tanpa makan? Pasti mati (jasmani) bukan? Lalu bagaimana hidup kita tanpa agama? Juga akan mati (rohani) bukan? Maka dalam kehidupan, kita membutuhkan dua unsur tersebut untuk tetap hidup itu adalah kebutuhan pokok manusia . Itu sebagai pengantar dalam tulisan ini agar tidak terlalu ‘spaneng’ dalam membaca.

Akhir-akhir ini, sangat ramai sekali bahasan tentang ‘’Islam Nusantara”. Ada yang pro ada yang kontra. Yang kontra mengatakan dengan adanya ‘’Islam Nusantara’’ akan menjadikan islam yang tak rahmatan lil ‘alamin karena Islam Nusantara hanya untuk Indonesia saja, akhirnya islam menjadi di kotak-kotakan menurut bangsa. Namun yang pro mengatakan sebaliknya, Islam Nusantara adalah islam yang rahmatan lil ‘alamin , Islam Nusantara bukan madzhab baru, namun adalah Islam yang hidup dan berkembang di Indonesia yang berpadu dengan budaya setempat, sehingga Islam dapat diterima dengan baik.

Lalu, penulis itu pro apa kontra? Secara pribadi, saya setuju akan Islam nusantara, mengapa? Karena Islam Nusantara adalah metode dakwah yang telah ada dari zaman para penyebar Islam dahulu kala. Islam di Indonesia datang dengan santun tanpa peperangan, namun lewat kerajaan, pernikahan, dakwah, budaya dan banyak lagi. Menurut sejarah (yang saya baca)salah satu penyebar islam di Indonesia adalah para wali sembilan yang sering dikenal Walisongo. Beliau-beliau adalah para pendakwah islam yang menyebarkan islam dengan berbagai metode, salah satunya sunan Kalijaga yang lebih memilih memakai baju adat jawa dan blangkon dengan alasan agar lebih mudah berbaur dan mesra dengan masyarakat sekitar, metode lain adalah dengan pewayangan yang diisi dengan  nilai-nilai islami sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti dan memeluk Islam. Itulah awal mula Islam Nusantara, islam yang berbaur dengan budaya setempat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Apabila bertentangan, maka diubahlah nilai-nilai didalamnya agar tidak bertentangan dengan nilai Islam. Metode tersebut terbukti sangat manjur karena sekarang indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Alhamdulillah

Lalu mengapa harus ada Islam Nusantara? Bukankah nantinya akan ada Islam Malaysia, Islam Irak, Islam Iran dan Islam-islam lainnya? Bukankah itu pengkotak-kotakan Islam? Seperti dalam judulnya yang ada unsur ‘makananan’, Islam Nusantara dapat juga di analogikan sebagai nasi, untuk masyarakat Indonesia (mayoritas, karena beberapa daerah makanan pokoknya bukan  nasi) nasi lebih enak dan masyhur dikonsumsi dari pada gandum dan roti, bahkan ada istilah “tanpa nasi, itu bukan makan’’. Itu berbeda dengan negara lain seperti sushi di negara Jepang yang menjadi makanan favorit, juga di negara Arab yang mengkonsumsi gandum dan roti. Setiap bangsa atau daerah ada ciri khasnya, ada kecocokan yang berbeda-beda. Tanyakan saja pada orang Indonesia, lebih memilih nasi atau sushi, kebanyakan akan memilih nasi lebih baik dari pada sushi atau roti, pilihan itu bukan berarti mengatakan bahwa sushi itu jelek ataupun yang negatif lainnya, itu adalah kecocokan dari lidahnya, itu akan berbeda dengan pendapat orang Jepang dan Arab. Perbedaan itu nyata adanya karena memang ALLAH lah yang menciptakan itu. Seperti halnya penjelasan tadi tentang kecocokan lidah manusia, begitu pula dengan Islam, bahwa ada perbedaan dalam mengartikan dan melakukan nilai-nilai Islam sesuai dengan kemampuan dan budaya setempat. Islam yang berkembangan dan hidup di Indonesia, Malaysia, Arab, dan lainnya pasti adalah perbedaan-perbedaan pada hal yang cabang. Contoh saja di Indonesia ada budaya Tahlilan sebagai salah satu metode dakwah namun di Arab atau lainnya tidak ada, itulah kekayaan yang ada yang harus kita jaga bersama.

Bukankah itu penkotak-kotakan terhadap islam? Tentu tidak, ibarat makanan ‘lagi’ , memang benar makanan khas indonesia lebih cocok untuk orang indonesia, namun dengan era modern ini, para chef dan pengusaha kuliner mengenalkan makanan indonesia kepada dunia luar tentang bagaimana luar biasanya masakan Indonesia. Tentu saja dari sekian banyak makanan ada yang ditolak (tidak cocok) dan ada yang diterima. Contoh saja rendang dan cendol yang telah diakui dunia keenakannya. Begitu pula sebaliknya, ada kebab, pizza, hamburger dsb yang banyak ditemukan di Indonesia yang bukan merupakan makanan dari Indonesia. Begitu pula dalam nilai-nilai Islam, setiap bangsa memiliki ciri khasnya, islam yang sesuai dengan kehidupan dan budaya setempat. Setiap negara akan berusaha mengenalkan ‘Islamnya’ yang memiliki nilai-nilai tertentu yang berusaha untuk dikolaborasikan dengan negara lain. Seperti contoh, Islam Nusantara sedang berusaha dikenalkan ciri khasnya. Indonsia terkenal dengan toleransi keagamaannya menjadi nilai yang menonjol dan menjadi harapan terhadapa konflik yang ada di Timur tengah. Islam yang berbudaya juga dapat digunakan sebagai metode dakwah untuk menyebarkan Islam di seluruh penjuru dunia. Itulah sedikit gambaran untuk Islam rahmatan lil ‘alamin ala Islam Nusantara.



Bukankah itu menimbulkan perbedaan? Kan Islam mempunyai sumber yang satu, yaitu Al-Qur’an dan Hadist? Kenapa harus berbeda? Perbedaan itu tak bisa ditolak, karena ALLAH sendiri yang menciptakan itu, bahkan diabadikan dalam salah satu ayat Al-Qur’an, yaitu surat Al-Hujurat ayat 13 dan Ar Rum ayat 22. Perbedaan penafsiran hukum Islam juga terjadi pada Ulama. Contoh pada 4 imam madzhab, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam hambali. Banyak dari pendapat 4 imam tadi yang berbeda-beda dalam urusan cabang tentunya, lalu apakah perbedaan itu terjadi karena para imam tersebut tidak mengikuti dan tidak memahami Al-Qur’an dan Hadist dengan benar? Itu sangatlah tidak mungkin, karena seluruh umat mengakui para Imam tersebut dan menjadikannya referensi dalam pendapatnya. Kebenaran itu satu, namun cara dan jalannya berbeda, pendapat dari imam tersebut adalah benar, silahkan ikuti salah satunya yang memang cocok  bagi anda, namun jangan menyalahkan yang laim karena berbeda pendapat dengan anda. Dalam buku ‘Islam yang saya anut’ karya KH M.Quraish shihab dijelaskan bahwa mereka yang memang mempunyai kemampuan untuk berijtihad dalam hukum Islam boleh saja berijtihad, namun mereka yang tak mempunyai kemampuan itu, hendaknya mengikuti pendapat dari ulama yang mereka percayai. Jalan menuju ALLAH adalah mengikuti Nabi Muhammad SAW, karena Nabi adalah manusia yang paling mengerti perintah dan keinginan ALLAH, karena kita tidak bertemu dengan Nabi secara langsung, ikutilah mereka yang lebih mengenal Nabi yaitu para ulama, para ulama atau kyai itulah jalan kita menuju Nabi yang akhirnya menuju pada ridho ALLAH SWT. Semoga kita senantiasa dalam perlindungan ALLAH. Wa ALLAH A’lam



Singkatnya, Islam Nusantara adalah islam yang tumbuh dan berkembang subur di Indonesia yang mempunyai toleransi yang tinggi, Islam yang berkolaborasi dengan budaya setempat sehingga menciptkan Islam yang menjadi rahmat bagi semuanya. Islam Nusantara juga merupakan salah satu metode yang digunakan dalam usaha menempuh Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Ibarat nasi, ada banyak cara memasaknya, digoreng, direbus, dibakar atau lainnya. Tentu akan ditemukan kekurangan-kekurangan dalam Islam Nusantara, namun itu adalah karena keterbatasan dari para manusia yang memahaminya, semoga ini dapat mengurangi ketidakcocokan anda dengan Islam Nusantara, dan membuat anda makin cinta akan Islam Nusantara. Kita boleh berbeda, namun itu bukan alasan kita untuk saling mencaci. Ingat! Lahirnya anda juga berasal dari dua gender yang berbeda, bukan gender yang sama



Itulah sedikit curahan pikiran tentang Islam Nusantara menurut saya, apabila ada hal yang salah atau kurang berkenan, boleh kiranya membenarkan dan mengkritik namun dengan sopan. Terimakasih telah berkunjung, semoga dapat menambah wawasannya dan semoga bermanfaat.

Komentar