Arti ISRA’ MI’RAJ dan Kisahnya
Apa bayangan
kamu saat mendengar kata isra’ mi’raj? Solat 5 waktu? Buroq? Masjidil haram dan
masjidil aqsa? Atau yang lain? Pasti sangat beragam. Namun apakah kalian tau
apakah isra’ mi’raj itu? Bagaimana bisa di jadikan suatu hari besar islam, dan
menjadi hari yang penting? Sedikit saya akan menceritakan pengetahuan saya
tentang isra’ mi’raj, ini adalah yang saya dapat setelah saya mengikuti acara “lapanan”
di Ponpes Al-Barokah jogja, bersama Gus Fahmi basyar.
Isra’ mi’raj
berasal dari kata isra’ dan mi’raj. Isra’ dalam etimologi atau secara bahasa
berarti berjalan di malam hari, jadi apabila kalian pergi jalan-jalan pada
malam hari, entah ke masjid, bermain atau sekedar mencari angin secara bahasa
bisa disebut dengan isra’. Lalu secara istilah dapat diartikan dengan perjalan
Rasulullah SAW dari masjidil haram ke masjidil aqsa pada malam hari mengunakan
kendaraan buroq yang ditemani oleh malaikat Jibril dan Mikail. Saat di masjid
Al-Aqsa nabi Muhammad SAW bertemu denga para Rasul Allah SWT. Disana para rasul
melakukan solat, dan saat itu para Rasul tidak berani menjadi imam selain
Rasulullah SAW. Itu menjadi suatu alasan dimana Nabi Muhammadlah sang pemimpin
para Rasul Allah. Walaupun beliau adalah yang paling muda, namun beliaulah yang
memimpin solat para Rasul Allah.
Mi’raj
secara bahasa dapat diartikan tangga, atau dapat diartikan naik secara mutlak. Sebagai
contoh, saat kalian sedang naik meja, naik ke genteng, ataupun naik yang
lainnya, maka secara bahasa itu dapat disebut dengan mi’raj. Namun secara
istilah, peristiwa mi’raj diartikan dengan perjalanan Nabi dari masjid Al-Aqsa
menuju ke sidratul muntaha yang sering disebut dengan langit tertinggi untuk
bertemu dengan Allah. Dalam perjalanannya, di setiap lapisan langit, nabi
bertemu dengan para Rasul, mulai dari Nabi adam pada langit pertama, Nabi Isa
bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakaria di langit ke dua. Di langit ke tiga Nabi
betemu dengan Nabi yusuf AS. Di langit ke empat Nabi bertemu dengan Nabi Idris
AS. Di langit ke lima Nabi bertemu dengan Nabi Harun AS. Di langit ke enam Nabi
bertemu dengan Misa AS. Di langit ke tujuh, nabi bertemu dengan Nabi Ibrahim
AS, saat itu Nabi Ibrahim AS sedang besandar pada Baitul makmur. Lalu Jibril
hanya bisa menemani Rasulullah sampai langit ketujuh saja, saat akan menuju
sidratul muntaha jibril berhenti dan Nabi menuju sidratul muntaha sendiri. Jibril
menjelaskan bahwa dirinya tidak mampu untuk menemani Nabi karena yang mampu
kesana hanyalah Nabi saja.
Ulama
berbeda pendapat tentang kapan tepatnya isra’ mi’raj terjadi, penulis tidak
mengetahui pendapat mana yang harus di ikuti karena keterbatasan ilmu penulis. Namun
yang menjadi esensial dari peristiwa tersebut ialah Nabi yang sedang dalam
tahun kesedihan karena baru saja ditinggalkan istri tercinta yaitu Khadijah dan
paman Nabi yaitu Abu Thalib, karena itu Allah menghibur Nabi dengan memabawa
Nabi ke sidratul muntaha untuk menerima wahyu berupa solat wajib 5 rakaat. Dalam
hadis, firman perintah solat pertama adalah 50 solat fardu, lalu atas saran
Nabi Musa AS nabi meminta keringanan kepada Allah hingga beberapa kali, akhirnya
solat menjadi 5 waktu saja. Walaupun begitu, Nabi Musa masih belum puas, beliau
masih meminta nabi untuk meminta keringanan kembali, namun Nabi menolak dengan
alasan telah terlalu banya meminta keringana dari Allah.
Sebagai seorang
muslim, dari peristiwa isra’ mi’raj tersebut hendaknya dapat memberikan hikmah
untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah, di awali dengan
mengertinya sejarah bagaimana luar biasanya Nabi kita, yang hanya beliaulah
yang dapat bertemu Allah di sidratul muntaha, itu berarti kita telah menjadi
umat dari Nabi yang menajadi pemimpin para Nabi, makadari itu kita harus
membuktikan dengan menunjukkan bahwa kita pantas menjadi umat yang paling
utama. Dengan peristiwa itu pula hendaknya kita bisa menambah kecintaan kita
kepada Nabi kita dengan mukjizat yang diterimanya, hilangkan keraguan atas
Nabi, ialah sebaik-baiknya makhluk di muka bumi ini. Banyak sekali hikmah yang
dapat diambil dari peristiwa iera’ mi’raj, tak perlu nampaknya penulis
menuliskannya, karena penulis berhusnudzon bahwa pembaca lebih mengetahuinya
dari pada penulis yang fakir ilmu ini. Begitulah kurang lebihnya yang dapat penulis
tuangkan, semoga dengan tulisan ini dapat menjadi suatu amal sholeh dan
menjadikan kita semua menjadi umat utama yang sebenarnya. Terimaksih untuk gus
fahmi basyar yang telah mencerikan sedikit banyak tentang isra’ mi’raj,
sehingga penulis termotivasi untuk menceritakan kemabali dalam bentuk tulisan
sederhana ini. Bila ada kekurangan itu murni kekurangan penulis, bila ada suatu
yang luar biasa itulah milik Allah dengan segala keagungan-NYA. Sekian dan
terimakasih
Faat Risnuriawan_16
April 2018
Sumber
lain:
Komentar
Posting Komentar